Dari Berau ke Lima Benua, Begini Strategi King Madu Borneo Taklukan Pasar Global

DUA BENUA: Kini, produk madu Farida sudah menjangkau customer di dua benua yakni Amerika dan Asia. Berharap bisa perluasan pasar lebih ke lima benua.

9/22/20251 min baca

Dalam bisnis madu hutan, Farida membuktikan bahwa branding kuat dan kolaborasi strategis bisa membuka gerbang ekspor hingga lintas benua. Produk miliknya, King Madu Borneo, kini tak hanya dikenal di dalam negeri, tapi juga menembus pasar Amerika, Asia, hingga kawasan ASEAN.

Usaha Farida bermula dari keprihatinan akan sulitnya masyarakat mendapat madu murni. “Banyak yang jual madu, tapi untuk dapat yang asli, jadi problem di masyarakat,” tuturnya.

Dia lalu membentuk sistem distribusi dari berbagai titik hutan Kalimantan. Mulai dari Kaltim, Kaltara, Kalteng, hingga Kalsel. Madu jenis panjatan liar jadi andalan, karena dipanen langsung dari sarang alami.

“Kadang sekali panen bisa 1 ton kalau musimnya bagus. Tapi kadang juga harus blusukan berbulan-bulan cari sarang madu. Kadang sekali panen cuma dapat 5 kilogram,” jelasnya.

Produk diproses di rumah kemas miliknya yang mempekerjakan 5 karyawan tetap dan beberapa tenaga kontrak. Untuk menjamin mutu, Farida juga telah melengkapi produknya dengan sertifikasi halal, uji laboratorium, dan legalitas distribusi.

Tak hanya madu biasa, dia berinovasi mengembangkan madu dengan bahan herbal khas hutan, seperti madu bajakah dan madu bawang putih tunggal. “Bukan sekadar jual madu, tapi juga edukasi. Kenapa harus pilih King Madu Borneo, kenapa pengemasan harus baik, dan bagaimana memastikan kemurnian,” jelasnya.

Langkah bisnisnya semakin mantap sejak mengikuti program Gebrak Pasar Internasional dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (DPPKUKM) Kaltim bulan lalu.

“Bahkan kami juga mulai kirim produk ke Malaysia dan direncanakan jadi oleh-oleh khas Borneo di Sarawak. Sudah dikirim akhir 2024 kemarin, sekitar 60 kilogram,” kata Farida.

Kini, King Madu Borneo hadir dalam berbagai varian dan tersedia di berbagai kota besar seperti Jakarta, Makassar, Solo, bahkan di bandara dan toko oleh-oleh. Di sana, Farida dibantu reseller dalam pemasaran. Harga dibanderol mulai dari Rp35 ribu untuk ukuran 100 gram hingga Rp285 ribu per kilogram.

Dengan strategi pemasaran digital dan pembentukan jaringan reseller aktif, Farida bahkan membentuk jasa ekspedisi sendiri. “Saking seringnya kirim, kami buka sendiri jasa ekspedisi. Supaya pelanggan lebih mudah dapat produk,” sebutnya.

Tak tanggung-tanggung, target Farida kini adalah ekspor ke lima benua. “Sekarang kan sudah dua benua, Amerika dan Asia. Harapannya bisa sampai lima benua,” tutupnya penuh optimisme. (*)