Dulu Berjuang untuk Hamil, Kini Farida Justru Lahirkan Brand Madu Hutan, Tembus Pasar Amerika

Dari konsumsi pribadi, membawa Farida kini pasarkan produk madu hutan liar untuk merambah pasar luar negeri

9/22/20251 min baca

Perjalanan Farida menjadi pelaku usaha madu hutan Kalimantan tak bermula dari ambisi bisnis. Justru dia memulainya saat mencari cara untuk mendapatkan keturunan.

“Saya sebelumnya sempat bertugas di daerah Kalimantan Utara. Nikah bareng ipar, ipar sudah punya anak, saya belum. Suami juga anak laki-laki satu-satunya,” kenang Farida, warga Berau yang kini menjadi eksportir madu hutan dengan brand King Madu Borneo.

Saat ikhtiar medis belum membuahkan hasil, Farida mencoba terapi alternatif menggunakan madu hitam Kalimantan. “Biasanya kan yang lazim madu kuning. Tapi waktu itu saya ketemu madu hitam, akhirnya dicoba dan diterapi. Alhamdulillah, tahun keempat pernikahan itu saya diberi kepercayaan, hamil dan punya anak,” ujarnya haru.

Dari pengalaman pribadi itu, dia mulai memperhatikan potensi madu hutan yang saat itu belum banyak dikenal masyarakat luas. Namun, Farida sadar bahwa tantangan besar justru terletak pada keaslian produk. “Dapat madu hutan multiflora yang benar-benar murni itu susah,” katanya.

Awalnya, madu hanya dijual sederhana, di dalam botol plastik dan tanpa merek. Tapi karena banyak yang melakukan repeat order, Farida mulai memikirkan kemasan dan nama yang cocok. Pada 2020 jadi momentum penting. Dia mengikuti pelatihan branding dan pengemasan, hingga lahirlah brand King Madu Borneo.

“Padahal baru tiga bulan jalan setelah branding. Tapi ternyata bisa lolos kurasi, UMKM yang mewakili Berau. Ada ribuan UMKM se-Kaltim yang ikut,” ucapnya bangga.

Kini, Farida memproduksi berbagai varian madu, seperti raw honey, bitter honey, hingga madu kelulut yang dipanen dari hutan Kalimantan.

Tak berhenti di pasar lokal, Farida berhasil mengirim produk pertamanya ke Amerika Serikat pada akhir 2020. “Itu pengalaman pertama. Kirim lewat Pos Indonesia langsung ke end user yang penasaran dengan madu hutan Kalimantan,” ujarnya.

Setelah itu, ekspansi terus berlanjut ke negara-negara seperti Hong Kong, Singapura, Kirgistan, hingga yang terbaru ke Malaysia, dengan target 200 kg per bulan untuk pasar Sarawak.

“Harapan kami ke depan, bukan hanya menjual produk. Tapi membawa pesan bahwa kekayaan alam Indonesia, khususnya Kalimantan itu memang yang paling bagus,” pungkasnya. (*)